Rabu, 07 Mei 2014

Directive, Non Directive and Ecletive, mana yang Anda pilih?

Dalam melakukan konseling, ada tiga model pendekatan yang berbeda, yaitu :

1. DIRECTIVE APPROACH (PENDEKATAN DIREKTIF)
Pendekatan ini dicetuskan oleh Edmon G. Williamson. Asumsi dasar pada pendekatan direktif adalah peran konselor lebih dominan daripada peran klien.Konselor lebih mendominasi selama sesi konseling sehingga sebagian besar tanggung jawab dan pengambilan keputusan berada ditangan konselor. Pendekatan direktif memandang manusia sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang penuh tetapi seringkali tidak tercapai sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Tujuan pendekatan direktif ini adalah berusaha memecahkan masalah klien dengan menggunakan kemampuan intelektual mereka secara sadar dan menolong klien mengubah tingkah lakunya yang emosional dan impulsif dengan tingkah laku yang rasional serta mendapatkan insight dalam memecahkan masalah klien. 
Langkah-langkah dalam Directive Counseling :
  1. Analysis : Mengumpulkan data diri tentang klien dan masalah klien dari berbagai sumber
  2. Synthesis : Menganalisis, mengatur dan menyusun data yang sudah dikumpulkan
  3. Diagnosis : Merumuskan kesimpulan tentang masalah-masalah yang dialami klien, mengidentifikasi masalah serta sebab-sebabnya, menentukan sebabnya dilihat dari pengalaman masa lalu, sekarang dan akan datang.
  4. Prognosis : Rangkaian tentang hasil yang dicapai klien selama konseling 
  5. Counseling (Treatment) : Pemberian bantuan kepada klien agar bisa menyelesaikan masalahnya
  6. Follow Up : Usaha untuk menentukkan efektifitas konseling yang sudah dilakukan konselor. 
Kelebihan Directive Counseling :
  1. Waktu yang dibutuhkan lebih singkat
  2. Data yang didapatkan lebih lengkap karena menggunakan teknik pengumpulan data yang memadai
  3. Solusi yang diberikan konselor dapat digunakan sebagai dasar pemikiran klien dalam pemecahan masalahnya
  4. Cocok digunakan untuk klien yang kurang berpendidikan, klien yang tidak mau terbuka dan anak-anak serta individu dengan masalah-masalah yang tidak terlalu bersifat emosional.
Kekurangan Directive Counseling :
  1. Meragukan kemampuan klien untuk memecahkan masalahnya sendiri
  2. Tidak efektif untuk klien dengan masalah emosional yang mendalam
2. NON-DIRECTIVE APPROACH (PENDEKATAN NONDIREKTIF)
Pendekatan ini disebut juga dengan Client Centered Therapy oleh Carls Rogers, dimana merupakan terapi yang dilakukan agar tercapai gambaran yang serasi antara Ideal Self dan Reality Self. Pada pendekatan ini tidak ada satupun yang saling mendominasi, karena yang dapat memecahkan masalah adalah klien itu sendiri. Pendekatan ini menuntut adanya hubungan teraupetik dan membutuhkan waktu yang lama dalam konseling. Dalam pendekatan nondirektif, klien diminta lebih aktif dan lebih bertanggungjawab terhadap masalahnya dan konselor hanya mendorong dan menciptakan situasi agar klien bisa berkembang sendiri. 
Kelemahan Non Directive Approach
  1. Membutuhkan waktu yang lebih banyak
  2. Klien sulit menceritakan masalah yang dihadapinya
  3. Menuntut klien untuk bersikap dewasa dalam menentukan pemecahan masalah yang dihadapi
  4. Klien sulit memahami masalah yang dihadapinya 
Kelebihan Non Directive Approach :
Klien mampu merefleksikan dirinya baik perasaan maupun pikirannya dalam bentuk verbal, sehingga konselor mampu menangkap emosi yang dimunculkan klien dan merefleksikan kembali ke klien dengan bahasa dan tindakan yang sesuai.  
  
3. ECLECTIVE APPROACH
Pendekatan ini merupakan kombinasi antara pendekatan direktif dengan pendekatan nondirektif. Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Frederick Thorne. Pada pendekatan eklektik, konselor memiliki kebebasan dalam metodologi dan menggunakan berbagai keterampilan konseling yang dimiliki. Peran konselor, tahapan, dan teknik konseling pada pendekatan konseling eklektik dilakukan dengan fleksibel. Konselor dapat berperan sebagai psikoanalisis, mitra konseli, motivator, pelatih, atau peran-peran lainnya tergantung pada kombinasi pendekatan konseling yang dipakai. Oleh karenanya, dalam menerapkan pendekatan konseling ini, diperlukan kejelian dan kecermatan konselor dalam memilih dan mengkombinasikan pendekatan dan teknik konseling yang dianggap paling tepat. Konselor dituntut untuk memiliki kecakapan dan kemampuan menggunakan teknik-teknik dan pendekatan yang dipergunakannya. Karena bersifat komprehensif dan memberikan ruang gerak yang bebas bagi konselor, menjadikan pendekatan konseling eklektik ini menjadi pendekatan yang popular dikalangan psikoterapis. 
Kelebihan Eclective Approach :
Menerapkan/memadukan berbagai pendekatan, menggunakan variasi dalam prosedur dan teknik sehingga dapat melayani klien sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas masalah yang dihadapinya.

Kekurangan Eclective Approach :
Klien merasa bingung jika konselor merubah strategi konseling sewaktu-waktu seusai dengan kebutuhan saat konseling. Konselor dituntut untuk menguasai semua pendekatan sehingga mengerti kapan harus menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut.


Jadi, berdasarkan ketiga pendekatan tersebut, lebih baik menggunakan pendekatan apa sih selama sesi konseling? Apakah pendekatan direktif? Non direktif? Atau Eklektif?
Tentu saja tidak ada satupun pendekatan yang lebih baik digunakan selama konseling. Mengapa? Karena setiap persoalan dan setiap masalah yang dihadapi klien berbeda-beda, sehingga membutuhkan cara yang berbeda pula dalam menyelesaikannya. Cara yang baik untuk klien A, belum tentu baik untuk klien B, ini terjadi karena kondisi yang dialami setiap orang pun berbeda. Dengan demikian, konselor dituntut untuk menguasai setiap pendekatan-pendekatan tersebut dan memahami perbedaan dari ketiga pendekatan yang ada. 

1 komentar:

  1. Sumbernya dari buku apa...? Mungkin nanti saya bisa mempelajari mendalam buku tersebut

    BalasHapus